04 Maret 2008

SEJARAH QIROATI


Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar mengajar Al Quran di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang pada umumnya belum dapat membaca AI Ouran dengan baik dan benar, Almarhun KH. Dachlan Salim Zarkasyi, tergugah untuk metakukan pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga di atas dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh para guru dan pembimbing Al Quran dinilai lamban, ditambah sebagian guru ngaji (ustadz) yang masih asal-asalan mengajarkan Al Quran sehingga yang diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Hal itulah yang mendorong Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Al Quran yang sangat praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang dikemas sangat sederhana. Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi dalam perjalanan menyusun metode baca tulis Al Quran sering melakukan studi banding keberbagai pesantren dan madrasah Al Quran hingga beliau sampai ke Pesantren Sedayu Gresik Jawa Timur (tepatnya pada bulan Mei 1986) yang pada saat itu dipimpin oleh Almukarram K.H. Muhammad. Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi tertarik untuk melakukan studi banding sekaligus bersilaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik, karena TK Al Quran balitanya (4-6 tahun), yang dirintis oleh K.H. Muhammad sejak tahun 1965 dengan jumlah muridnya 1300 siswa yang datang dari berbagai kepulauan yang ada di Indonesia. Maka dapat disimpulkan TK Al Quran Sedayu adalah TK Al Quran pertama di Indonesia bahkan di dunia.

Sebulan setelah silaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik tepatnya pada tanggal 1 Juli 1986 , KH. Dachlan Salim Zarkasyi mencoba membuka TK Al Quran yang sekaligus mempraktekan dan mengujikan metode yang disusunnya sendiri dengan target rancana 4 tahun seluruh muridnya akan khatam Al Quran. Berkat Inayah Allah SWT., diluar dugaan dalam perjalanan 7 bulan ada beberapa siswa yang telah mampu membaca beberapa ayat Al Quran, serta dalam jangka waktu 2 tahun telah menghatamkan Al Quran dan mampu membaca dengan baik dan benar (bertajwid).

TK Al Quran yang dipimpinnya makin dikenal keberbagai pelosok karena keberhasilan mendidik siswa-siswinya. Dari keberhasilan inilah banyak yang melakukan studi banding dan meminta petunjuk cara mengajarkan metode yang diciptakannya. K.H. Dachlan Salim Zarkasyi secara terus-menerus melakukan evaluasi dan meminta penilaian dah para Kyai Al Quran atas motode yang diciptakannya.

Atas usul dari Ustadz A. Djoned dan Ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi istilah dengan nama "QIRAATI" dibaca "QIROATI" yang artinya BACAANKU (pada saat itu ada 10 jilid).

Memperhatikan perjalanan sejarah penyusunan metode Qiroati, tampaknya K.H. Dachlan Salim Zarkasyi sangat didukung oleh para Kyai umul Quran, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri namun kehidupannya selalu dekat dengan para Kyai sehingga tampak tawadu', mukhtish dan berwibawa.

Atas restu para Kyai metode Qiroati selanjutnya menyebar luas dan digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Al Quran di masjid, madrasah, TKA, TPA, TPQ, Pesantren dan Sekolah Umum.

Qiroati diminati oteh mayoritas para pendidik Al Ouran dikarenakan memiliki beberapa perbedaan dengan metode lain diantaranya :

  1. Berkesinambungan antara halaman ke halaman berikutnya.
  2. Berkesinambungan antara jilid satu dan seterusnya
  3. Disesuaikan dengan usia para pelajar Al Quran
  4. Kata dan kalimatnya tidak keluar kaidah ayat-ayat Al Quran tidak kedaerahan
  5. Setiap Pokok Bahasan sudah diterapkan ilmu Tajwid
  6. Dilengkapi Petunjuk mengajar setiap Pokok Bahasan
  7. Dilengkapi Buku Gharib, Musykilat dan Tajwid Praktis
  8. Sangat mudah untuk diucapkan

Dari tahun ketahun perkembangan Qiraati makin meluas keseluruh pelosok negeri bahkan di beberapa negara asing tercatat sampai tahun 2000 telah masuk kenegara Australia, Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura.

Dari perkembangan tersebut Almarhum K,H. Dachian Salim Zarkasyi tidak terlalu gembira bahkan merasa khawatir karyanya ini disalah gunakan yang berbau bisnis belaka, untuk itu pada tahun 1990 beliau mengundang seluruh kepala TKA/TPA dan Lembaga yang mempergunakan Qiroati pada suatu acara Silatnas Nasional untuk mentashhih ulang para kepala TKA/TPA dan pengelola Qiroati sekaligus menunjuk Koordinator tingkat Propinsi dan Kota Besar yang ada di Indonesia, Dari hasil Silatnas Qiroati tersebut ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi, yang merupakan amanat untuk seluruh pengguna Qiroati, diantaranya :

  1. Saya tidak ingin menyebarkan luaskan Qiroati tetapi ingin menyebarkan ilmu Qiroati yang saya ijazahkan."
  2. Qiroati tidak untuk diperjualbelikan secara bebas.
  3. Siapa saja boleh belajar dan mengaiarkan Qiroati dengan syarat mau ditashhih.
  4. Para Koordinator yang telah lulus ditashhih diperbolehkan mentashhih para calon guru Qiroati dan menyebarkan Qiroati untuk sarana belajar Al Quran di cabang dan daerahnya masing-masing.

Karena metode Qiroati sangat praktis dalam segala hal, maka dalam waktu singkat TK Al Quran Roudhatul Mujawwidin sudah tidak dapat menerima siswa baru dan dianjurkan untuk mengikuti bimbingan di TK Al Quran Qiroati yang ada didaerahnya masing-masing yang terdaftar sebagai cabang Semarang.

Tercatat TK AlQuran yang pesat pada saat itu adalah TK AI Karomah (Pekalongan), TK Al Quran AMM (Kota Gede), TK Al Quran Kudus, TK Al Ouran Gresik yang masing-masing sudah mempunyai 15 - 30 cabang.

TK /TP Al Quran ditahun 1990 berkembang pesat karena peran aktif para koordinator di setiap provinsi dan cabangnya yang melakukan pelatihan-pelatihan dan demo tasyakur binni'mah atas keberhasilan TK /TP Al Quran Qiroati melalui Imtihan Khatmil Quran dimana dari proses Imtihan dan Pentashhihan tersebut kita semua dapat melihat kelebihan para siswa menguasai Al Quran, diantaranya :

  1. Makhraj yang baik
  2. Bacaan Tajwid yang baik dan benar
  3. Mengerti bacaan Gharib dan Musykilat
  4. Membaca dengan tidak tanafus
  5. Hafal nama-nama ilmu Tajwid.